00.44
0



  Awal kehadirannya di Indonesia agak sulit dilacak. Sejak 1963, Indonesia mengirim pasukan perdamaian di bawah naungan PBB. Negara ujuan Kongo, Afrika Selatan. Sekembalinya dari benua hitam tersebut, para tentara membawa 'oleh-oleh'

vespa kongo 
"Tipenya Classic, kapasitasnya 150 cc", papar Roni Rasidi, pebengkel spesialis vespa di jl.Wijaya Timur, Jaksel.
    Pada pertengahan 1965, beberapa importir mendatangkan vespa langsung dari Itali (Build Up). Beberapa nama sampai saat ini masih terus 'bermain', salah satunya adalah PT Gunung Slamet (GS). "Yang impor ayah saya, saat itu saya masih sekolah. Tipe yang pertama kali diimpor Sprint dan Super. Cuma saya enggak ingat berapa unitnya", bilang Phillip, direktur PT GS di kawasan jalan Sukarjo Wiryopranoto, Jakarta Pusat.
    Dengan berkembangnya pasar, pada 27 Juli 1970, PT DanMotors Vespa Indonesia (DVMI) didirikan sebagai agen tunggal pemegang merk (ATPM). Saat itu PT DVMI mendatangkan komponen secara semi knock-down. Sembilan tahun kemudian (1979), didirikan PT ICCO Murni Indonesia (IMI) dan perusahaan ini memproduksi komponen dan cetakan bodi, serta machining vespa. Sepuluh tahun kemudian (1989), IMI bergabung dengan DVMI. Lalu sejak 1992 DVMI telah memproduksi komponen mesin. "Tujuannya penghematan devisa dan adanya peraturan pemerintah untuk menggunakan penggunaan komponen lokal", tambah Gershy Singgih, Senior Manager Commercial PT DVMI.

SPECIAL REPORT PLANT TOUR PT. DANMOTOR VESPA INDONESIA
Kapasitas produksi hanya puluhan unit per hari. kondisi ini justru memantapkan quality control. Produk prima menjadi andalan vespa mempertahankan pasar scooter.
      Sebelum era motor cub (bebek) di Indonesia, scooter menjadi pilihan utama kendaraan harian yang andal, praktis, dan efisien. Pada dekade 1970-1980an, PT Danmotor Vespa Indonesia (DVI), ATPM Vespa/Piaggio ini mengalami masa keemasan. Jumlah produksi 500an unit per hari ludes terserap pasar. Hasil yang dipetik, DVI dapat memodernisasi pabrik di pulogadung Jakarta, termasuk mengirim karyawan "berguru" ke Italia, negara asal Vespa/Piaggio.
      Seiring gencarnya penetrasi pabrikan jepang dengan varian bebek, reputasi scooter pun surut. ditambah terpaan krisis moneter 1997/1998, DVI mengalami pukulan dahsyat. Rasionalisasi dan perampingan usaha pun tidak terhindari (PHK). Termasuk "menyewakan" sebagian unit pabrik untuk kebutuhan kawasaki. Praktis DVI bagaikan small company.
      Secara kalkulasi, produksi sekarang yang berjumlah 500an unit sebulan jauh dari ideal. Untunglah DVI pabrik lengkap (walau hanya) dengan 200an SDM andal, jaringan distribusi dan layanan after sales merata. keuntungan lain, rendahnya rasio pekerja dengan kapasitas produksi memungkinkan kontrol kualitas secara sempurna.
      Untuk bahan baku dipilih yang terbaik. Aluminium diimpor dari Australia, Lembaran besi dari jepang, meski sebagian ada hasil produksi PT. Krakatau Steel, Cilegon. "Bahan lokal juga baik", tegas Rudy P.Siahaan, Manager Service and Parts DVI. (namanya kq mirip2 bro rudymarcomin ya bro, hehehee becanda).
      sekecil apa pun kesalahan produksi komponen, langsung dinyatakan reject dan haram dipakai," ujar Rudy saat menemani Motoriders berkeliling pabrik Danmotor, Senin (10/3) lalu. proses produksi menerapkan prinsip ban berjalan. intinya terbagi dalam tiga bagian dan semuanya dengan dukungan peralatan dan mesin yang memadai meski sebagian berasal dari tahun 1980an.
      Pada unit "die casting" terdapat mesin berdaya tekan 700 ton. di sini diproduksi komponen pendukung seperti handle bar,brake drum, cylinder head, clutch side, sampai fly wheel. Jumlahnya mencapai 15.000 kepin per bulan, sebagian untuk onderdil.
      Pada bagian "metal stamping", ada mesin heavy press bertekanan 400 ton. Di sini dibuat ratusan item komponen. umumnya untuk melengkapi sektor bodi dan rangka seperti cover atau dek depan, cover samping, dsb. Satu unit lagi khusus membuat bagian yang terpenting seperti blok mesin dan crankcase. Di sini reject sering terjadi karena tuntutan presisi tinggi. sedikit hitungan meleset akan mengganggu performa scooter," jelas Rudy.
      Selanjutnya ke "assembly shop", pada unit ini semua komponen disatukan dengan sistem pengelasan maupun pembautan biasa. khusus bodi dan frame, menempuh proses bonderizing untuk menghilangkan kotoran dan karat sebelum pengecatan. Di saat bersamaan, komponen mesin dirangkai. Sebagian besar "jeroan" mesin memang masih impor. Dapur pacu ini kemudian dicoba satu per satu, tanpa kecuali. satu mesin dijaga satu karyawan untuk menjamin segalanya sempurna. (kyk buat ferarri ya bro, one man one car. hehee).
      Seluruh komponen lalu disatukan hingga terbentuk bodi utuh. Proses ini berlangsung pada satu jalur. Setiap scooter menempuh final inspection. hanya yang sempurna yang layak dipasarkan. jika ditemui kesalahan harus diperbaiki.
      Meski hanya membuat dua varian , Excel dan Exclusive,prosesnya terkesan lambat. "tapi hasilnya sempurna, terbukti dari sedikitnya keluhan konsumen pemakai vespa, meski sudah memakai selama bertahun-tahun," bangga Rudy.

0 komentar:

Posting Komentar